Senin, 27 Oktober 2008

Berdoa Dengan Iman


Saat makan siang dengan beberapa teman, salah seorang dokter bedah bertanya kepada saya, "Dokter, operasi terhebat apakah yang pernah Anda lakukan?"

Saya bingung harus menjawab operasi yang mana. Saya sudah banyak melakukan operasi dan semuanya menuntut keahlian, kesabaran dan ketelitian yang tinggi. Kemudian saya teringat pada operasi yang dijalani oleh gadis kecil yang hanya mempunyai harapan 10% saja untuk hidup.

Malam itu para perawat membawa seorang gadis kecil yang berwajah pucat masuk ke ruang operasi. Waktu itu pikiran saya sedang dipenuhi berbagai macam persoalan yang berat. Ketika para perawat sedang mempersiapkan pembiusan, gadis kecil ini bertanya kepada saya,
"Dokter, bolehkah saya menanyakan sesuatu?"
"Ya sayang, apa yang ingin kamu tanyakan?"
"Setiap malam sebelum tidur saya selalu berdoa. Sekarang sebelum operasi dimulai, bolehkah saya berdoa?"
"Baiklah anak manis, engkau memang harus berdoa. Jangan lupa berdoa juga untuk saya."

Kemudian gadis kecil itu melipat kedua tanganya dan berdoa, "Yesus, Engkau gembala yang baik. Berkatilah domba kecil-Mu malam ini, dalam kegelapan, kiranya Engkau dekat denganku. Lindungi aku sampai datangnya sinar mentari esok pagi dan berkati pula dokter yang akan mengoperasiku."

Setelah menutup doanya gadis kecil itu berkata, "Sekarang saya sudah siap Dokter."

Mata saya berkaca-kaca melihat betapa besar iman yang dimiliki gadis kecil tersebut. Malam itu sebelum saya mulai operasi, saya berdoa, "Tuhan yang baik, Engkau boleh tidak membantuku dalam operasi yang lain, tapi kali ini bantulah aku untuk menyelamatkan gadis kecil ini."
Kemudian saya mulai mengoperasi gadis kecil itu dan keajaiban terjadi, dia disembuhkan.
Saat berpisah dan melepas gadis kecil itu untuk kembali ke rumah, maka saya sadar sesungguhnya sayalah ‘pasien' yang menjalani operasi iman. Gaya hidup gadis kecil itu mengajarkan bahwa jika kita menyerahkan seluruh masalah dan beban hidup kita ke dalam tangan Tuhan, maka Dia akan memulihkan dan menolong kita.
MORAL CERITA :
Doa dan Iman!!! Membuat kita yakin bahwa Tuhan mampu memelihara dan menjaga harapan yang kita gantungkan kepada-Nya. Doa menjadikan iman sebuah kenyataan. Doa yang dinaikkan dengan iman akan menghapuskan kekuatiran di dalam hati kita, sehingga DOA itu akan mendatangkan mujizat.
Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya kepada-Nya. Karena itu tetaplah berdoa dengan penuh keyakinan dan pengharapan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

(Yohanes 16 : 24 Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.)
Sumber : Jawaban.com

Jump!!














Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. (Ibrani 11:1)
Sumber : Jawaban.com

Kepiting Marah


Setelah tahu akan kedengkian kepiting yang membawa kepada kematiannya sendiri, tahukah juga Anda bahwa sifat kepiting yang lain adalah pemarah? Dan hal itu pun membawa kehancuran di dalam hidupnya.

Tahukan Anda bagaimana cara orang biasanya memancing kepiting? Hanya dengan menggunakan sebatang bambu lalu mengikatkan tali ke batang bambu itu. Di ujung lain tali itu kami mengikat sebuah batu kecil. Lalu kami mengayun bambu agar batu di ujung tali terayun menuju kepiting yang kami incar.
Kami mengganggu kepiting itu dengan batu, menyentak dan menyentak agar kepiting marah. Dan kalau itu berhasil maka kepiting itu akan ‘menggigit' tali atau batu itu dengan geram. Capitnya akan mencengkeram batu atau tali dengan kuat sehingga kami leluasa mengangkat bambu dengan ujung tali berisi seekor kepiting gemuk yang sedang marah.

Kami tinggal mengayun bambu dengan perlahan agar ujung talinya menuju sebuah wajan besar yang sudah kami isi dengan air mendidih karena di bawah wajan itu ada sebuah kompor dengan api yang sedang menyala. Kami celupkan kepiting yang sedang murka itu ke dalam wajan tersebut. Seketika kepiting melepaskan gigitannya dan tubuhnya menjadi merah.
Tak lama kemudian kami bisa menikmati ‘Kepiting Rebus' yang sangat lezat. Kepiting itu menjadi korban santapan kami karena kemarahannya. Karena kegeramannya atas gangguan yang kami lakukan melalui sebatang bambu, seutas tali dan sebuah batu kecil.
MORAL CERITA :

Kita sering sekali melihat banyak orang jatuh dalam kesulitan, menghadapi masalah, kehilangan peluang, kehilangan jabatan, bahkan kehilangan segalanya karena MARAH. Jadi kalau Anda menghadapi gangguan, baik itu batu kecil atau batu besar, hadapilah dengan bijak.
Redam kemarahan sebisa mungkin. Lakukan penundaan dua tiga detik dengan menarik napas panjang. Kalau perlu pergilah ke kamar kecil, cuci muka atau basuhlah tangan dengan air dingin agar murka Anda mereda dan Anda terlepas dari ancaman ‘wajan panas' yang bisa menghancurkan masa depan Anda.

Nothing Great in the World has ever been accomplished without PASSION.

Berkacalah Pada Diri Sendiri


Ketika dua cermin saling berhadapan, muncul pantulan yang tak terhingga. Begitulah bila Anda mau bercermin pada diri sendiri. Akan Anda temukan bayangan yang tak terhingga.Bayangan itu adalah kemampuan yang luar biasa.

Ketakterbatasan yang memberi kekuatan untuk menembus batas rintangan diri.Berkacalah pada diri sendiri, dan temukan kekuatan itu.

Singkirkan cermin diri orang lain. Di sana hanya terlihat kekurangan. Dan kelemahan Anda yang akan memupuk ketidakpuasan saja. Dan ini akan menjerumuskan Anda ke dalam jurang kekecewaan.

Anda bukan orang lain. Anda adalah Anda yang memiliki jalan keberhasilan sendiri
Mulailah hari ini dengan menatap wajah Anda.

Carilah bayangan yang tak terhingga itu. Di sana ada kekuatan yang akan membawa Anda ke puncak keberhasilan.

Sebatas Pandangan Anda


Bila Anda memandang diri Anda kecil, dunia akan tampak sempit, dan tindakan apapun yang Anda lakukan akan tampak kerdil.

Namun, bila Anda memandang diri Anda besar, dunia terlihat luas, dan Anda pun melakukan hal-hal penting dan berharga.

Tindakan Anda adalah cermin bagaimana Anda melihat dunia. Sementara dunia Anda tidak lebih luas dari pemikiran Anda tentang diri Anda sendiri. Itulah mengapa kita diajarkan untuk berpikir dan mempunyai pandangan positif tentang diri sendiri, agar kita bisa melihat dunia lebih indah, dan bertindak selaras dengan kebaikan-kebaikan yang ada dalam pikiran kita.

Dunia tidak membutuhkan penilaian apa-apa dari kita. Ia menggemakan apa yang ingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi diri kita sendiri.

Maka, bukan soal apakah kita mempunyai pandangan positif atau negatif terhadap diri sendiri. Melampaui di atas itu, kita perlu jujur melihat diri sendiri apa adanya. Dan, dunia pun menampakkan realitanya yang selama ini tersembunyi di balik penilaian-penilaian kita.

Sumber : Jawaban.com

Bagaimana Anda Bisa Kuat Bekerja


Bagaimana seseorang tahan berjam-jam bekerja seolah tidak mengenal lelah? Apa pula rahasia pekerja rig lepas pantai yang meninggalkan anak istri, bertarung dengan angin dan badai? Bagaimana juga dengan para petani, nelayan, kuli, sopir angkutan, pekerja berat yang tahan membanting tulang di tengah terik panas atau dingin malam? Kekuatan apa yang mendorong mereka begitu kuat secara fisik dan tangguh secara metal? Sedangkan di sudut sempit yang lain, banyak orang mengeluh karena persoalan yang tidak lebih besar dari ujung kuku.

Kekuatan itu bernama cinta. Cinta yang melahirkan harapan dan pengabdian bagi kepada siapa mereka mempersembahkan hasi kerja mereka, kepada keluarga nun juah di sana, kepada masyarakat banyak yang membutuhkan karya mereka, kepada alam yang mengasuh mereka, kepada masa depan kehidupan yang sejahtera, atau kepada hati tempat cinta itu mengalir.

Bila Anda berkeluh kesah hanya karena harus memperpanjang waktu kerja Anda beberapa jam saja, maka kenanglah punggung bungkuk seorang kakek yang menarik sampah kota ini. Beliau memiliki sesuatu yang ia cintai, yang kepadanya ia ulurkan kerja. Kepada beliau kita belajar tentang pengabdian atas nama cinta.

Sumber : Jawaban.com

Batu Besar


Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswa MBA. Dengan penuh semangat ia berdiri di depan kelas dan berkata, "Okay, sekarang waktunya untuk quiz." Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Kemudian ia mengisi ember tersebut dengan batu sebesar kepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan ke dalam ember. Ia bertanya pada kelas, "Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?"

Semua mahasiswa serentak berkata, "Ya!"

Dosen bertanya kembali, "Sungguhkah demikian?" Kemudian, dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil-kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember, lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu. Kemudian, sekali lagi ia bertanya pada kelas, "Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?"

Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab, "Mungkin belum."

"Bagus sekali," sahut dosen. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil. Sekali lagi, ia bertanya pada kelas, "Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?"

"Belum!" Sahut seluruh kelas.

Sekali lagi ia berkata, "Bagus, bagus sekali." Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember. Lalu ia menoleh ke kelas dan bertanya, "Tahukah kalian apa maksud ilustrasi ini?"

Seorang mahasiswa dengan bersemangat mengacungkan jari dan berkata, "Maksudnya adalah, tidak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya." "Oh bukan," sahut dosen, "Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari ilustrasi mengajarkan pada kita bahwa: bila Anda tidak memasukkan batu besar terlebih dahulu, maka Anda tidak akan bisa memasukkan semuanya."

MORAL CERITA :

Apa yang dimaksud dengan "batu besar" dalam hidup kita? Anak-anak Anda, pasangan Anda, pendidikan Anda. Hal-hal yang penting dalam hidup Anda, mengajarkan sesuatu pada orang lain, melakukan pekerjaan yang Anda cintai, waktu untuk diri sendiri, kesehatan Anda, teman Anda, atau semua yang berharga.
Ingatlah untuk selalu untuk memasukkan "batu besar" pertama kali atau Anda akan kehilangan semuanya. Bila Anda mengisinya dengan hal-hal kecil (semacam kerikil dan pasir) maka hidup Anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian Anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya Anda perlukan untuk hal-hal besar dan penting.

Oleh karena itu, setiap pagi atau malam, ketika akan merenungkan cerita pendek ini, tanyalah pada diri Anda sendiri: Apakah "batu besar" dalam hidup saya? Lalu kerjakan itu pertama kali.
Sumber : Jawaban.com

Bila Anda tidak pernah melakukan kesalahan, ada baiknya Anda melihat lagi langkah Anda. Jangan-jangan Anda tidak melangkah setapakpun. Kesalahan memang tidak mengenakkan, namun seseorang yang optimis lebih banyak belajar dari kesalahan daripada keberhasilan.
Kesalahan menuntun Anda untuk mempelajari kembali sesuatu yang terjadi. Bukan cuma itu, kesalahan memimpin Anda untuk mengambil tindakan yang lebih baik.
Kesalahan adalah kawan baik yang mengatakan secara samar apa yang harus Anda kerjakan.
Lihatlah kesalahan apa adanya. Jauhkan prasangka, kesedihan, dan ratapan bila kesalahan terjadi. Karena, di balik kesalahan tersimpan kesempatan yang tersembunyi.
Colombus melakukan "kesalahan" yang besar dalam perjalanannya mencari jalur ke India, yaitu menemukan benua Amerika. Namun bertahun-tahun kemudian, jutaan orang mengikuti "kesalahan" tersebut untuk menuai kemakmuran hidup mereka. Masihkah Anda menganggapnya sebagai kesalahan?
Sumber : Jawaban.com

Gagal… Siapa Takut?


Apakah Anda takut gagal? Sedemikian takutnya sampai Anda tidak berusaha untuk mencoba? Coba Anda pikirkan kembali, hal tersebut benar-benar tidak masuk akal. Dengan tidak mencoba sekalipun, sebenarnya Anda sudah gagal. Jadi, rasa takut gagal adalah penyebab kegagalan yang pasti.

Apakah Anda merasa takut? Coba perhatikan rasa takut Anda. Perhatikan pesan yang berusaha disampaikannya. Rasa takut membuat Anda lebih waspada. Rasa takut memberi energi ekstra. Rasa takut membuat Anda mampu mengatasi tantangan tersulit. Tidak ada yang mampu mendorong sumber daya di dalam diri Anda lebih dari rasa takut.

Rasa takut sebenarnya ada untuk mendorong Anda maju, bukan untuk menahan Anda. Biarkan rasa takut mengajarkan Anda. Biarkan rasa takut mempersiapkan Anda. Tapi jangan membuat rasa takut menghentikan Anda. Saat rasa takut menahan Anda, coba perhatikan baik-baik apa yang menyebabkan rasa takut, dan Anda akan menemukan alasan untuk bergerak maju.

Kegagalan paling abadi adalah kegagalan untuk mulai bertindak. Bila Anda sudah mencoba, dan ternyata gagal, Anda memperoleh sesuatu yang bisa dipelajari dan mungkin dicoba kembali. Anda tidak akan pernah gagal bila Anda terus berusaha.

Sumber : Jawaban.com

Orang Yang Menghalangi Anda


Bagaimana bila ada seseorang yang sedemikian ngotot menghalangi Anda mencapai kesuksesan? Bagaimana bila orang itu juga yang selalu merintangi Anda di setiap usaha Anda? Bagaimana perasaan Anda terhadap orang itu? Bagaimana kalau orang itu selalu muncul sambil membawa segudang alasan untuk menghalangi Anda betindak?

Bagaimana kalau ternyata orang itu adalah Anda sendiri? Boleh jadi... Ada kemungkinan, diri Anda sendiri adalah musuh terbesar Anda dalam meraih kesuksesan dan kemajuan.

Pernahkah Anda memergoki diri Anda sendiri berkata, "Aku tidak mungkin melakukannya..."? Tidakkah suara kecil itu juga yang selalu merintangi tujuan Anda dan membawa banyak sekali alasan bahwa setiap ide yang Anda pikirkan itu mustahil?

Keterbatasan yang Anda miliki memang cenderung membuat Anda berpikir untuk membatasi diri. Tapi keputusan tetap di tangan Anda. Suara kecil itu bisa berbicara apa saja, tapi Anda bisa menentukan pilihan.

Relakah Anda dipenjara oleh keterbatasan? Tentu saja tidak! Bayangkan apa yang bisa Anda capai bila Anda 100% mendukung diri Anda sendiri...

Nah, silahkan berkhayal dan mulailah kehidupan!

Sumber : Jawaban.com

Hidup Adalah Pilihan


Ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama berkata, "Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingi membentangkan semua tunasku untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku."

Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang.

Bibit yang kedua bergumam, "Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah di sana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman."

Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan mencaploknya segera.

MORAL CERITA :

Memang, selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam sikap pesimis, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita sering terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka pilihlah dengan bijak.
Sumber : jawaban.com

Obat Kesusahan


Di Jerman ada seorang wanita yang suaminya telah meninggal dunia, dan ia hidup bersama dengan 2 orang anaknya. Tetapi, pada suatu hari anaknya pergi berperang saat perang dunia II. Tidak lama kemudian, ia mendengar kabar bahwa anaknya gugur di medan perang. Ia pun selalu menangis setiap kali mengingat anak itu. Sementara anaknya yang masih hidup menjadi ketakutan melihat ibunya begitu sedih, tidak dapat dihibur, tidak mau makan, tidak mau minum, dan tidak mau berbicara. Anak ini hanya bisa duduk di sebelah ibunya yang terus menangis.

Akhirnya, ibu ini menutup pintu dan jendela rumahnya. Ia tidak mau betemu dengan orang lain dan tidak mau pergi kemana-mana. Ia terus "menikmati" kesusahannya, sampai suatu ketika ada seorang sahabat karibnya datang mencarinya, karena lama tidak bertemu. Akhirnya, ia mengijinkan orang ini masuk. Orang ini lalu mengajak si ibu keluar. Karena mereka begitu akrab, maka ia setuju untuk pergi keluar.

Tanpa sepengetahuannya, ternyata ia diajak menemui orang-orang yang ditinggal mati oleh anak-anaknya. Di sana ada orang yang ditinggal mati oleh 4 orang anak, ada yang 3 orang anak, dan ada pula yang 8 orang anak. Ketika sampai kembali ke rumahnya, ia mulai sadar bahwa ia hanya kehilangan seorang anak. Sedikit demi sedikit ia pun mulai terlepas dari kesusahannya, dan peristiwa itu ternyata menjadi obat yang terbaik.

MORAL CERITA :

Jadi, obat yang terbaik adalah jangan menyendiri lalu membiarkan iblis menipu kita untuk "menikmati" kesusahan kita sampai-sampai menghujat Tuhan. Istilah "menikmati" kesusahan dipakai karena orang yang sedang berada di dalam penderitaan suka menyendiri dan tidak mau diganggu seolah-olah ia adalah orang yang paling susah. Di dalam susahpun ia ingin memonopoli, ia ingin menjadi orang nomor satu yang paling susah. Bukankah itu sama artinya dengan menikmati kesusahan?

Jiwa seperti itu adalah jiwa yang sudah dalam keadaan sakit keras, dan obat yang terbaik adalah pergi dan melihat orang yang lebih susah daripada dirinya sendiri, supaya ia mengerti bahwa ada banyak orang yang menanggung penderitaan yang lebih banyak daripada dirinya, dan melihat kesempatan untuk memberi kekuatan kepada mereka
Sumber : jawaban.com

Sabtu, 25 Oktober 2008

Dimanakah Kebahagiaan?


Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Kata ayah kepada anaknya, "Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati."

Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, "Hai, tahukah kamu di mana air itu? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati."

Ternyata semua ikan tidak mengetahui di mana air itu. Si ikan kecil makin gelisah, ia terus berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman. Kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa, "Di manakah air?" Jawab ikan sepuh, "Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya..."

MORAL CERITA :

Manusia kadang-kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil, mencari kebahagiaan kesana kemari, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan mungkin sedang melingkupinya sampai-sampai ia tidak menyadarinya. Saat kita menghitung hal-hal buruk, kita hanya akan melihat hal-hal yang buruk di sekeliling kita. Tapi ketika kita menghitung berkat, kita akan melihat berkat-berkatNya itu nyata dan ada di sekeliling kita. Masihkah Anda mencari kebahagiaan?

Sumber : Jawaban.com

Selasa, 21 Oktober 2008

Daun Dimusim Gugur


Pada suatu pagi hari di sebuah musim gugur, tampak seorang anak bekerja menyapu halaman luar sebuah asrama. Pohon-pohon yang rindang di sekitar situ tampak berguguran daunnya.

Walaupun bekerja dengan rajin dan teliti menyapu dedaunan yang rontok, tetap saja halaman dikotori dengan ranting dan daun. "Aduh capek deh. Biarpun menyapu dengan giat setiap hari tetap saja besok kotor lagi. Bagaimana caranya ya supaya aku tidak harus bekerja terlalu keras setiap hari?" sambil masih memegang sapu, si anak sibuk memutar otak memikirkan cara yang jitu.

Kepala asrama yang melintas di situ menghampiri dan menyapa, "Selamat pagi Anakku, kenapa kamu melamun? Apa gerangan yang sedang kamu pikirkan?""Eh, selamat pagi Paman. Saya sedang berpikir mencari cara bagaimana supaya halaman ini tetap bersih tanpa harus menyapunya setiap hari. Dengan begitu kan saya bisa mengerjakan yang lain dan tidak harus melulu menyapu seperti sekarang ini."

Sambil tersenyum si paman menjawab, "Bagaimana kalau kamu coba menggoyangkan setiap pohon agar daunnya jatuh lebih banyak. Siapa tahu, dengan lebih banyak daun yang gugur, paling tidak besok daunnya tidak mengotori halaman dan kamu tidak perlu menyapu.""Wah ide Paman hebat sekali!" segera dia berlari mendekat ke batang pohon dan menggoyang-goyangkan sekuat tenaga. Semua pohon diperlakukan sama, dengan harapan, setidaknya besok dia tidak perlu menyapu lagi. "Lumayan bisa istirahat satu hari tidak bekerja," katanya dalam hati dengan gembira.

Malam hari si anak pun tidur dengan nyenyak dan puas. Ketika bangun keesokan harinya, cepat-cepat dia berlari keluar kamar. Seketika harapannya berubah kecewa saat melihat halaman yang kembali dipenuhi dengan rontokan daun-daun.

Saat itu pula paman sedang ada di luar dan memperhatikan ulahnya sambil berkata, "Anakku, musim gugur adalah fenomena alam. Bagaimanapun kamu hari ini bekerja keras menyapu daun-daun yang rontok, esok hari akan tetap ada daun-daun yang rontok untuk di bersihkan. Kita tidak bisa merubah kondisi alam sesuai dengan kemauan kita. Daun yang harus rontok, tidak bisa ditahan atau dipaksa rontok.

Maka jangan kecewa karena harus bekerja setiap hari. Nikmati pekerjaanmu dengan hati yang senang, setuju?" kata si paman memberikan sebuah pelajaran hidup yang begitu berarti."Setuju paman. Terima kasih atas pelajarannya," segera dia berlari menghampiri sapunya.

MORAL CERITA :

Jika kita bekerja dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, maka pekerjaan yang kita lakukan akan terasa lebih ringan dan menyenangkan
Sumber : conectique.com

Rabu, 15 Oktober 2008

Penghalang yang Menyimpan Kesempatan


Zaman dahulu kala, tersebutlah seorang Raja, yang menempatkan sebuah batu besar di tengah-tengah jalan. Raja tersebut kemudian bersembunyi, untuk melihat apakah ada yang mau menyingkirkan batu itu dari jalan.

Beberapa pedagang terkaya yang menjadi rekanan raja tiba di kota itu, berjalan melingkari batu besar tersebut. Banyak juga yang datang, kemudian memaki-maki sang Raja, karena tidak membersihkan jalan dari rintangan. Tetapi tidak ada satupun yang mau melancarkan jalan dengan menyingkirkan batu itu.

Kemudian datanglah seorang petani, yang menggendong banyak sekali sayur mayur. Ketika dia semakin dekat, petani ini kemudian meletakkan dahulu bebannya, dan mencoba memindahkan batu itu ke pinggir jalan.

Setelah banyak mendorong dan mendorong, akhirnya ia berhasil menyingkirkan batu besar itu. Ketika si petani ingin mengangkat kembali sayurnya, ternyata ditempat batu tadi ada kantung yang berisi banyak uang emas dan surat Raja. Surat yang mengatakan bahwa emas ini hanya untuk orang yang mau menyingkirkan batu tersebut dari jalan.

MORAL CERITA :

Bahwa petani ini kemudian belajar, satu pelajaran yang kita tidak pernah bisa mengerti. Bahwa dalam setiap rintangan, tersembunyi kesempatan yang bisa digunakan untuk memperbaiki hidup kita.

Sumber : Jawaban.com

Senin, 13 Oktober 2008

TERKUNCI DI TOILET


Suatu saat di Airport Changi, temanku, seorang pendeta sedang menunggu keberangkatan pesawatnya untuk kembali ke Indonesia. Ketika 10 menit menjelang boarding , mendadak ia merasa sakit perut yang luar biasa. Ia merasa tidak sanggup menahannya sampai boarding e pesawat, maka ia pun segera mencari kamar kecil terdekat.

Sudah terkenal bahwa airport Changi di Singapura terkenal dengan kebersihan dan kenyamanannya, maka dengan mudah pendeta ini menemukan toilet yang bergitu bersih dan nyaman. Segera ia melaksanakan "tugasnya", lima menit kemudian setelah ia selesai terdengar panggilan melalui pengeras suaranya bahwa penumpang pesawat yang akan menuju Indonesia diharap segera naik.

Dengan segera ia merapikan pakaiannya dan bergerak keluar dari toilet itu. Alangkah terkejutnya ia ketika menyadari bahwa pintu toilet itu tekunci. Dengan susah payah ia berusaha menggedor, mendorong bahkan setengah mendobrak pintu itu namun sia-sia.

Pengeras suara kembali terdengar. Kali ini bunyinya,"seorang penumpang pesawat yang menuju ke Indonesia harap segera naik ke pesawat, karena pesawat akan segera berangkat." Ia semakin panik. Digedornya pintu itu lebih keras, ia pun mulai berteriak tolong dan kali ini mulai mendobraknya, namun tetap sia-sia.

Kali ini dia menyerah. Dengan lemas ia terduduk sambil berpikir, lucu sekali seorang pendeta, ketinggalan pesawat, karena terkunci di kamar kecil airport terbaik di seluruh dunia, dengan pintu terkunci. Tunggu, pikirnya, "mengapa pintunya ada dua ?" tanyanya dalam hati ketika ia melihat dari posisi duduknya melalui cermin di depannya. Di setiap toilet pasti ada sebuah pintu janitor, maksudnya tempat petugas kebersihan menyimpan alat-alat untuk membersihkan toilet. Ternyata ia baru menyadari kalau mencoba membuka pintu yang salah.

MORAL CERITA :

Ketika kita sedang terburu-buru melakukan suatu hal, seringkali yang kita lakukan adalah kesalahan. Kita menjadi begitu emosi dan tidak mampu berpikir dengan baik. Ada kalanya Tuhan membuat kita menjadi tidak bisa berbuat apa- apa kecuali terdiam, sehingga kita dapat berpikir dengan tenang.

Sumber : devoted

(1 Petrus 4:7 Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang supaya kamu dapat berdoa)

Kamis, 09 Oktober 2008

KISAH PENJUAL TEMPE


Di sebuah kampung pedalaman Jawa, ada seorang wanita tua yang begitu mengasihi Tuhan. Ia adalah seorang penjual tempe dan ia membuatnya sendiri setiap hari untuk dijual setiap pagi.

Suatu saat wanita itu menyadari kalau tempe yang ia buat belum benar-benar jadi tempe, masih kedelai setengah jadi. Ia menjadi begitu sedih, karena tempe yang setengah jadi tidak akan laku dijual.

Namun ia teringat kepada Tuhan dan berdoa agar menjadi mujizat."Tuhan, aku mohon agar kedelai ini menjadi tempe. Amin." Dia begitu yakin dengan doanya dan segera melihat hasilnya. Ternyata kedelai itu tetap sama. Tetapi ia tidak putus asa.

Wanita itu lalu menumpangkan tangannya, mengangkat kedelai itu dan berdoa memohon mujizat."Aku tahu tidak ada yang mustahil bagiMu Tuhan. Tolong aku supaya kedelai ini menjadi tempe dan bisa dijual, karena ini satu-satunya mata pencaharianku. Kasihanilah aku Tuhan. Amin."

Kali ini ia membuka bungkusnya dengan hati-hati sambil berharap akan terjadi mujizat. Wanita itu terbelalak. Ternyata isi bungkusan itu masih kedelai yang belum jadi. Hari semakin terang, tentu pasar sudah mulai didatangi pembeli, aku tetap harus ke sana, siapa tahu terjadi mujizat di jalan, pikir wanita tua itu. Ia berangkat dengan pengharapan agar kedelai itu berubah menjadi tempe setibanya di pasar, ia berdoa di sepanjang jalan, meminta mujizat Tuhan.

Setibanya di pasar, ia membuka sebungkus dagangannya, tetapi kedelai itu tidak berubah. Wanita itu tertunduk lesu. Tampaknya Tuhan tidak menjawabnya, tapi dalam hatinya ia masih berharap agar Tuhan melakukan mujizat.

Tiba-tiba ia dikagetkan dengan panggilan seorang ibu muda,"Bu, jual tempe kedelai setengah jadi tidak ? dari tadi saya sudah keliling tapi tidak ada yang jual tempe kedelai setengah jadi,"Wanita tua itu terkejut. Selama puluhan tahun ia menjual tempe yang sudah jadi, belum pernah ada orang yang mencari tempe setengah jadi.

Orang itu pun memborong habis semua tempe setengah jadi itu. Sebelum ibu itu pergi, wanita tua itu bertanya,"Untuk apa membeli tempe setengah jadi ?" Ibu itu menjawab,"Oh, ini untuk anak saya yang ada di luar negeri, dia ingin sekali makan tempe dari sini. Jadi kalau dikirim tempe yang sudah jadi, pasti akan busuk di sana. Jadi saya cari tempe yang setengah jadi."

MORAL CERITA :

Selalu ada alasan Tuhan yang lebih indah ketika Ia melakukan sesuatu atas hidup kita. Alasan untuk memberkati kita dengan caraNya. Alasan untuk membuat kita semakin bersandar padaNya.

(Ayub 5.9 Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan tidak terduga, serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya)

Sumber: devoted

Rabu, 01 Oktober 2008

Anak Purba


Putraku bercerita padaku bagaimana putrinya, Tessa, yang baru berumur satu tahun, meminta remote televisi. Dia bilang kalau Tessa mengingatkannya pada manusia purba yang tinggal di gua, atau mungkin lebih seperti anak purba untuk cerita ini, karena tingkah lakunya yang mirip manusia purba.

Tessa terus menerus berteriak dan meminta remote televisi. Akhirnya, putraku memberikan remote itu kepada Tessa dan mau lihat apa yang akan Tessa lakukan dengan remote itu. Setelah mendapatkan remote itu, ia memencet-mencet tombol terus menerus tetapi tidak ada yang berubah.

Ia mencoba berteriak kepada remote itu, tapi tetap saja tidak ada apapun yang terjadi. Kemudian ia membenturkan remote itu dengan keras ke arah televisi, sambil berteriak semakin kencang.

Akhirnya, karena tidak ada perubahan, ia mencoba memasukkan remote itu ke dalam mulutnya. Karena tidak enak akhirnya ia berteriak ke arah remote itu terakhir kalinya dan kemudian membuangnya ke lantai. Ketika remote itu jatuh ke lantai dan menyebabkan suara yang keras, Tessa melihat ke arah puteraku lalu bertepuk tangan kegirangan. Seperti anak purba. Hehehe...

Saat aku memperhatikan tingkah laku cucuku, aku pikir itu adalah sebuah gambaran yang baik tentang kelakuan kita selama ini. Bagaimana kita seringkali berteriak-teriak ngotot meminta apa yang kita inginkan. Ok, mungkin tidak sama persis seperti yang Tessa lakukan, tetapi kita tidak jauh berbeda, bukan ?

MORAL CERITA :

Terkadang kita memaksa dengan cara kita sendiri dan kalaupun kita mendapatkan apa yang kita inginkan, hal itu tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita bayangkan. Kita coba berbagi hal untuk mendapatkan kepuasan atau kesenangan bagi diri sendiri, tapi kebanyakan hasilnya mengecewakan.

Apakah kita seperti anak purba, tanpa mengerti tujuan Allah, meminta berbagai hal untuk kepuasan sendiri. Bahkan sering memaksa Tuhan, seolah-olah tahu cara menggunakan "remote". Seperti ayah yang sayang anaknya, kadang ia membiarkan kita untuk memiliki apa yang kita mau. Mungkin untuk menunjukkan bahwa kita belum siap untuk hal itu atau untuk menunjukkan kalau hal yang kita minta itu salah.

(YAKOBUS 1:17 Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, dirturunkan dari Bapa segala terang.)